Apa yang aku cari di sini? Di sudut kota tempat rinduku bersemi... Menghitung waktu yang seolah enggan berlalu. Kapan aku kembali padamu???...

Kamis, 03 April 2008

Sungai Menterap


Salah satu hal yang terasa menarik aku untuk kembali ke kampung halaman ku di Desa Mondi, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau adalah Sungai Menterap. Sungai tempat di mana sebagian kisah masa kanak-kanakku terukir.

Masih kental dalam ingatanku. Kala itu, tiada kenal pagi, siang atau pun sore hari. Tiada kenal panas terik ataupun hujan, Sungai Menterap adalah tempat bermain yang paling asik. Seakan terdengar kembali olehku, suara teriakan teman-teman kecilku ketika mereka berenang di derasnya aliran sungai jernih itu. Teringat olehku, bagaimana aku bisa seharian mencari ikan hanya dengan berbekal satu lidi dan karet gelang untuk memanah ikan-ikan kecil yang ku temui di antara batu riam yang deras. Seakan semuanya menggema kembali memanggilku pada masa lalu, pada kampung halamanku.
Kini, semuanya berubah. Sungai Menterap sudah berubah.

Tiada lagi canda ria, gerai tawa yang tercipta. Seperti air sungai yang seolah berduka lewat warnanya yang kini berubah keruh.

Banjir... banjir lagi Sungai Menterapku... Marah, menelan banyak korban kini. Kerugian materi dan bahkan nyawa yang kau pinta lewat ganas arus mu kala banjir. Mana keramahan mu dulu?

Mengapa?...

Kepada siapa aku bertanya? Memang kini hutan di hulu sungai mu telah berganti perkebunan sawit. Tapi kami tidak salah kan? Salahnya kami hanya tidak bisa berbuat apa-apa ketika hutan yang menjadi sumber hidup kita digusur oleh "mesin baja raksasa". Ketika tanah serapan air di padatkan dengan "seterika bumi" yang kejam. Kami memang tidak kuasa melawan. Karena kami hanya rakyat jelata, akar rumput yang merayap di tanah.

Tapi mengapa kemarahanmu datang pada kami jua. Kami yang mengagumi mu sejak kami mulai membuka mata menatap dunia, sejak kami meneriakan tangis pertama kami karena sejuk airmu pertama kali membasahi tubuh kami yang masih merah.

Kenapa tidak rumah penguasa yang datang dari "jawa melaka" sana yang kau robohkan dengan ganas alirmu? Agar mereka tahu jika kamu marah, kamu tidak terima atas perlakuan mereka atas alam kita. Kenapa harus kami? Kenapa?...