Apa yang aku cari di sini? Di sudut kota tempat rinduku bersemi... Menghitung waktu yang seolah enggan berlalu. Kapan aku kembali padamu???...

Kamis, 03 April 2008

Adat Menyambut Tamu Dayak Jawant


Sikap terbuka suku Dayak tercermin dalam berbagai budayanya. Dalam subsuku Dayak Jawant misalnya, sikap tersebut salah satunya ditunjukkan dengan adat menyambut tamu. Berikut ini penuturan Lodok, Menteri Adat Desa Mondi, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau.

Dayak Jawant mendiami pesisir aliran Sungai Menterap (anak Sungai Sekadau, Red.) dan sungai-sungai kecil lain yang bermuara di sungai Menterap. Kampungnya meliputi Roca, Boti, Sulang Botong, Mondi, Nate Kelampe, Tapang Birah, Gintong, Engkorong, Sungai Gontin, Bongkit dan Sengiang.

Ketika akan ada pejabat atau tamu agung lainnya datang ke kampungnya, orang Dayak Jawant selalu mengadakan acara sebagai penyambutan dan penghormatan terhadap tamu tersebut. Biasanya sehari sebelum kedatangan tamu tersebut warga kampung beramai-ramai membangun bale pananti’, yakni bangunan sementara serupa panggung yang didirikan di tengah jalan. Jika tidak cukup persiapan, hari itu juga beberapa orang warga datang ke rumah warga lainnya untuk meminta sumbangan tuak, arak atau lauk pauk untuk keperluan acara keesokan harinya. Namun jika dipersiapkan jauh hari, warga mengumpulkan uang, tuak dan beras lalu dimasak secara gotong-royong pada hari itu.

Pada hari kedatangan tamu, warga berbondong-bondong berkumpul di jalan menuju ke bale pananti’ tersebut. Beberapa orang tetua kampung, penari, pembawa jondar (sejenis kalung terbuat dari kulit kayu dan di hiasi lukisan motif Dayak, Red.) berada pada posisi paling depan untuk menyambut tamu. Sementara itu alat musik tradisional pun disiapkan.

Pada saat tamu datang langsung di kalungkan dengan jondar dan musik pun dimainkan, kemudian dengan didampingi para tetua tamu tersebut berjalan sambil menari menuju ke arah bale pananti’. Sepanjang jalan menuju ke bale pananti’ tamu tersebut diberi minum tuak dan disalami penduduk setempat sebagai ucapan selamat datang.

Sementara itu seorang tetua adat telah berada di atas bale pananti’. Tetua adat tersebut membacakan mantra sambil menghamburkan beras kuning kepada tamu yang baru datang. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang di kampung tersebut serta tamu yang datang mendapat lindungan dari Dota Patara (Tuhan, Red.). Sesampai di depan bale pananti’ tamu tersebut harus memotong buluh muda’ (bambu yang masih muda, Red.) dengan menggunakan nyabor (mandau).

Setelah memotong buluh muda’ tamu boleh naik ke bale. Pada tangga pertama bale diletakkan telur yang harus diinjak sampai pecah oleh tamu, dimaksudkan agar tamu tersebut dilindungi jika ada larangan yang terlanggar. Selanjutnya pada lantai bale pananti’ diletakkan talam yang berisikan air, batu dan ditancap sumpit yang diikat dengan sabok (kain tenun yang diperuntukkan bagi upacara adat, Red.) serta di sediakan pelita yang bernyala. Tamu yang datang harus menginjak talam tersebut dan memegang sabok. Dalam hal ini air mempunyai makna kesejahteraan bagi kampung yang didatangi, batu bermakna persatuan/persaudaraan yang kuat bagi tamu dan masyarakat di kampung tersebut, sumpit bermakna agar tamu dan masyarakat kampung selalu diberikan umur yang panjang dan pelita sebagai lambang penerangan.

Setelah itu tamu dengan dituntun para tetua kampung menari mengelilingi bale pananti’ sebanyak tiga kali. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan minum di atas bale tersebut. setelah selesai acara makan minum barulah tamu boleh memasuki kampung.

nataliuszone mengatakan...

bos, aku nak minta tulisan duant tuk, pake aku posting di wikipedia nah, soal e waktu aku search di wiki "dayak jawant" tadih ketomu, nah aku tuk suka nulis artikel di wiki, aku nak nulis tentang dayak jawant, aku iyang jawant gak...kalau boleh hubungi aku nah tuk nomor hape ku, di tunggu> 085252348011